⭐ Penyakit Perut Seperti Kolera

Selaindiare, gejala lain yang dapat dirasakan penderita kolera adalah: Mual Muntah Kram perut Gejala kolera pada anak-anak sering kali lebih berat dibandingkan pada orang dewasa. Anak-anak yang terkena kolera lebih rentan terkena gula darah rendah ( hipoglikemia) yang bisa menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran. Kapan harus ke dokter PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Cholera umumnya merupakan penyakit yang menyebar karna sanitasi yang buruk yang menyebabkan kontaminasi sumber air. Cara ini jelas merupakan mekanisme utama penyebaran penyakit cholera dalam lingkungan masyarakat miskin di Amerika selatan. Fasilitas ssanitasi yang baik dieropa dan amerika serikat mengakibatkan hebat perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan oleh kasus dehidrasi (Dziejman et al., 2002). Pandemi penyakit kolera pertama kali ditemukan di Gangga Delta, suatu Kamppengungsi kerap kali menjadi sumber KLB penyakit kolera dan epidemi penyakit diare lain. Selama tahun 1992, pada kamp Lisungwi yang menampung 60.000 orang pengungsi dari Mozambik tercatat 772 kasus penyakit kram perut dan diare berdarah. Faktor utama yang turut menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah konsumsi makanan matang Pemberianvaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita. 7. KESIMPULAN Kesimpulan Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. CaraMengatasi Penyakit Kolera. 1. Harus segera dimintakan pertolongan dokter dan diadakan tindakan-tindakan seperlunya untuk mencegah penularan lebih lanjut. Yang dapat mengandung hama kolera terutama : muntahan, berak dan air kencing si penderita, demikian juga sisa makanannya dan minumannya, tempat tidurnya dan segala apa yang disentuhnya. 2. Gejala Perut Anda seperti ditekan, merasa nyeri terutama di perut bagian bawah, lalu diikuti kejang otot perut. Perasaan mual dan muntah-muntah biasanya datang setelah mencret. Kolera sering juga disebut dengan penyakit muntaber karena gejala utamanya adalah muntah dan BAB. Penyebab: Kuman Vibrio cholerae yang punya nama alias lain iBacillus coma. APLIKASIANDROID SISTEM PAKAR GUNA MENDIAGNOSA PENYAKIT USUS PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR Quwais alqorni sahara (A12.2009.03627) Program Studi Sistem informasi - S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,Jl. Nakula I No.5-11, Semarang saha_rastaman@ Teknologi handphone atau ponsel telah berkembang menjadi sebuah alat multi fungsi yang dapat Kemudianakan mengalami gejala seperti: Kram perut Mual Muntah Demam Dehidrasi Cara mengatasinya adalah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi. Jika sudah dalam kondisi parah, biasanya dibutuhkan bantuan medis berupa infus pengganti cairan untuk mencegah dehidrasi. 2. Kolera Kolera adalah penyakit yang berasal dari bakteri vibrio cholerae. g7SFN. Epidemiologi Penyakit Menular Kolera. Kolera atau biasanya disebut dengan penyakit tahunan Asiatic Cholera adalah suatu infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri ini biasanya masuk kedalam tubuh melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi oleh sanitasi atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak dengan benar atau mentah. Bakteri ini juga sensitif terhadap asam lambung, maka penderita yang mengalami asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MINI SKRIPSI KOLERA Dosen Pengampu Dr. dr. Wulan Pingkan Julia Kaunang Grad. Dip., DK. Disusun Oleh Kelompok 21 D Virginia Kusywoyo 211111010171 Yuliana Palempung 211111010174 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI 2022 iii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir Mini Skripsi yang berjudul “Kolera Vibrio Chlorea” tepat pada waktunya. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular oleh Dr. dr. Wulan Pingkan Julia Kaunang Grad., Dip., DK. Yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami dapat mengkaji dan dapat memperoleh pengetahuan dari penulisan Mini Skripsi ini. Kami mengetahui bahwa tugas akhir Mini Skripsi masih jauh dari kata sempurna. Ole karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat membantu kami menjadi lebih baik. Harapan kami kiranya Mini Skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kami dan juga orang-orang yang akan membacanya. Manado, 1 Desember 2022 Penulis iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I DEFINISI PENYAKIT KOLERA 5 BAB II EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KOLERA 6 BAB III ETIOLOGI PENYAKIT KOLERA 8 BAB IV KLASIFIKASI PENYAKIT KOLERA 10 BAB V PATOFISIOLOGI PENYAKIT KOLERA 12 BAB VI PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN 14 DAFTAR PUSTAKA 16 5 BAB I “DEFINISI KOLERA” Kolera atau biasanya disebut dengan penyakit tahunan Asiatic Cholera adalah suatu infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri dari kolera tersebut menghasilkan racun yang bisa menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan yang mengandung garam dan mineral. Bakteri ini juga biasanya masuk kedalam tubuh melalui air minum atau makanan yang terkontaminasi oleh sanitasi atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak dengan benar, terutama kerang. Bakteri ini juga sensitif terhadap asam lambung, maka penderita yang mengalami asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Kolera dapat ditemukan di berbagai negara seperti Asia, Timur tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Di daerah-daerah tersebut, wabah ini biasanya terjadi selama musim panas dan banyak menyerang anak-anak. Di negara lain, wabah ini bisa terjadi pada semua musim dan juga pada semua usia. Irianto, 2014 Menurut WHO, keadaan yang harus diduga jika terjadi penyebaran penyakit kolera yaitu 1. Daerah yang sebelumnya tidak terdeteksi adanya kolera lalu terdapat seorang penderita berusia 5 tahun atau lebih mengalami dehidrasi berat akibat diare akut. 2. Disuatu daerah yang pernah mengalami epidemi kolera, dimana ada seseorang yang berusia 5 tahun mengalami gangguan pencernaan seperti diare cair dengan atau tanpa muntah Ekawati, 2018. Agen penyebab dari penyakit ini awalnya dijelaskan pada tahun 1854 oleh Filippo Pacini, kemudian dilanjutkan oleh Robert Koch pada tahun 1884. Diperkirakan setiap tahun ada 1,3 – 4 juta kasus kolera yang terjadi, dan – kematian dari penyakit ini diseluruh dunia. 6 BAB II “EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KOLERA” Pada tahun 1997 kolera ini dikenal sebagai 7 pandemi yang penyebarannya mencapai eropa. Vibrio yang bertanggung jawab terhadap terjadinya pandemi ke-7 adalah vibrio cholera 0I, biotipe El-Tor. Pandemi ke-7 dimulai pada tahun 1961 ketika vibrio pertama kali muncul hingga menyebabkan epidemi kolera di sulawesi, indonesia. Penyakit ini menyebar dengan cepat ke asia timur dan mencapai bangladesh pada tahun 1963, india pada tahun 1964, iran, iraq pada tahun 1965 – 1966. Pada tahun 1970 kolera menyebar di afrika barat, suatu wilayah yang belum pernah mengalami penyakit ini lebih dari 100 tahun. Penyakit ini menyebar dengan cepat ek beberapa negara dan menjadi endemik pada banyak benua. Pada tahun 1991, kolera menyerang amerika latin, dimana penyakit ini juga telah hilang selama satu abad. Dalam waktu setahun penyakit ini kembali menyebar ke 11 negara dan secara cepat menyebar lintas benua. Sampai tahun 1992, hanya serogrup vibrio cholerae OI yang menyebabkan endemi kolera. Serogrup lainnya dapat menyebabkan kasus – kasus diare yang sporadis, tapi tidak menyebabkan endemi. Pada akhir tahun 1992 ledakan kasus 7 kolera dimulai di india dan bangladesh yang disebabkan oleh serogrup OI39 atau bengal. Keadaan ini dikenal dengan pandemik ke-8. Isolasi dari vibrio ini telah dilaporkan dari 11 negara di asia tenggara. Namun masih belum jelas apakah vibrio cholerae OI39 akan menyebar kedaerah/wilayah lain, dan pengawasan epidemiologik yang cermat dari situasi ini sedang dilakukan. Menurut data epidemiologi global, kolera lebih sering ditemukan di negara berkembang. Insiden penyakit ini di negara industrial tela menurun karena adanya sistem sanitasi pengolahan air yang bersih. Angka kejadian kolera yang pasti juga sulit diketahui karena mayoritas insidennya terjadi di area terpencil di negara berkembang yang tidak memiliki sistem diagnosis dan pelaporan.  Global Berdasarkan data WHO, terdapat 1,2 juta kasus kolera pada tahun 2017 dengan angka fatalitas sebesar di seluruh dunia. Sekitar 84% kasus kolera global dan 41% kematian akibat kolera di seluruh dunia dilaporkan di Yemen. Jumlah kasus dalam laporan WHO ini masih belum menyeluruh karena masih banyak negara yang belum melaporkan kejadian kolera. Hal ini diduga terjadi karena kurangnya sistem surveilans dan adanya penutupan kasus kolera oleh negara tertentu untuk mencegah penurunan turisme dan industri ekspornya.  Indonesia Kejadian Luar Biasa KLB kolera yang pernah dilaporkan di Indonesia tercatat terjadi pada bulan April – Agustus 2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Kejadian ini memakan korban sampai 105 jiwa. Setelah itu, tidak didapatkan laporan terbaru mengenai jumlah kasus kolera di Indonesia hingga saat ini.  Mortalitas Sebelum adanya regimen penggantian cairan dan elektrolit yang baik, mortalitas kolera mencapai >50%. Namun, mortalitas tersebut dapat ditekan menjadi <1% bila ada pemberian terapi yang cepat. 8 BAB III “ETIOLOGI PENYAKIT KOLERA” Etiologi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae yang menular pada manusia melalui rute fekal-oral. Bakteri ini menghasilkan enteroksin yang dapat memicu diare sekretorik akut profus. Infeksi Vibrio cholerae dikaitkan dengan sistem sanitasi yang buruk, dimana transimisi utama terjadi melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Vibrio cholerae merupakan bakteri basil gram negatif yang bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif. Bakteri ini memiliki bentuk seperti tanda koma, panjang 1 – 3 µm, dan diameter 0,5 – 0,8 µm. Struktur antigennya terdiri dari antigen flagel H dan somatik O. Dari sekitar 200 jenis Vibrio cholerae yang telah teridentifikasi, vibrio cholerae O139 merupakan jenis yang berkaitan dengan kejadian epidemi. Serogrup O1 kemudian diklasifikasikan berdasarkan serotipenya, yaitu Inaba, Ogawa, atau Hikojima. Selain itu, serogrup O1 juga dapat diklasifikasikan berdasarkan biotipenya, yaitu biotipe klasikal dan El Tor.  Faktor Resiko Faktor resiko kolera adalah komunitas yang memiliki sistem pengolahan air bersih yang buruk atau standar sanitasi personal maupun komunitas yang rendah. Secara umum, faktor resiko dapat ditelaah lebih lanjut sebagai faktor lingkungan dan faktor pejamu. a Faktor Lingkungan 9 Ekosistem utama Vibrio cholerae adalah perairan terutama laut, dimana bakteri ini hidup secara komensal dengan plankton krustasea yang berperan sebagai organisme pejamu normalnya. Risiko infeksi dapat meningkat karena peningkatan jumlah mikroba akibat perubahan cuaca, suhu air, salinitas air, konsentrasi nutrisi, dan jumlah alga. b Faktor Pejamu Kondisi malnutrisi meningkatkan resiko terinfeksi kolera. Selain itu, peran asam lambung dalam menghambat inokulasi V. Cholerae sebelum mencapai usus juga cukuo penting. Pasien yang mengalami perubahan asam lambung akibat infeksi H. Pylori, gastrektomi, penggunaan bloker histamin, atau penggunaan inhibitor pompa proton memiliki risiko terinfeksi kolera lebih tinggi. Individu dengan golongan darah O juga lebih rentan terinfeksi kolera tetapi mekanismenya belum diketahui dengan jelas. 10 BAB IV “KLASIFIKASI PENYAKIT KOLERA” Vibrio cholerae merupakan salah satu bakteri paling banyak yang terdapat pada permukaan air yang terkontaminasi limbah industri dan limbah rumah tangga. Bakteri ini bersifat gram negatif berbentuk basil batang bengkok, bersifat aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub. Menurut Khairie, 2013, yang menyebabkan penyakit kolera pada manusia adalah jenis serogrup 01 dan 0139. Bakteri mempunyai klasifikasi sebagai berikut  Kingdom Bacteria  Filum Proteobacteria  Ordo Vibrionales  Kelas Gamma proteobacteria  Family Vibrionaceae  Genus Vibrio  Spesies Vibrio cholerae Aditia, 2015 dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu serotype dan biotype. Pada tipe serotype, bakteri V. Cholerae memiliki kemmapuan mengaglutasi antisera polyvalent O. Antisera polyvalent O terbagi atas tiga tipe, yaitu 1 Serotype Ogawa AB 2 Serotype Inaba AC 3 Serotype Hikojima ABBC 11 Sementara untuk biotype, bakteri ini dibagi lagi berdasarkan sensitifnya terhadap bakteriofaga, yaitu 1 Biotype Klasikal 2 Biotype El-Tor Widyastana, 2015 Berdasarkan variasi antigen, genomic, dan toksisitasnya V. Cholerae dibagi lagi kedalam 30 strain Moat et al., 2002. V. Cholerae serogrup 01 dibagi atas biotype klasikal adalah penyebab penyakit kolera atau asiatik kolera. Biotype El-Tor ini juga menghasilkan hemolisin selain menghasilkan toksin, hemolisin yang dihasilkan juga merupakan suatu protein yang dapat menyebabkan helisis darah sehingga pasien penderita diare mengalami diare yang berdarah Widyastana, 2015. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri V. Cholerae grup non 01 ini dianggap tidak begitu berbahaya karena bakteri V. Cholerae grup non 01 ini hanya menyebabkan diare yang ringan pada penderita Widyastana, 2015. Namun, pada tahun 1991 dunia dikejutkan dengan adanya wabah kolera di Bangladesh dan India yang disebabkan oleh bakteri V. Cholerae grup non 01 yang memproduksi toksin seperti grup 01. 12 BAB V “PATOFISIOLOGI PENYAKIT KOLERA” Gejala dimulai dari 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, mulai dari diare ringan tanpa komplikasi sampai pada diare berat yang bisa berakibat fatal. Ada beberapa orang yang tidak menunjukkan gejala saat terinfeksi. Kolera biasanya dimulai diare terasa encer seperti air yang terjadi secara tiba – tiba, tanpa adanya rasa sakit dan muntah – muntah. Namun, pada kasus yang berat dalam 1 jam seseorang dapat kehilangan 1 liter cairan hanya dkarenakan diare. Pada orang yang fesesnya ditemukan adanya bakteri kolera mungkin dalam 1-2 minggu belum merasakan keluhan, namun saat terjadi serangan infeksi maka bisa terjadi diare dan muntah dengan kondisi yang cukup serius sebagai serangan akut untuk menyamarkan jenis diare yang dialami. Akan tetapi pada penderita yang mengalami kolera ada beberapa tanda dan gejala yang dapat diketahui, yaitu 1. Diare yang encer seperti air dan berlimpah tanpa rasa mulas. 2. Kotoran tinja atau feses yang semula berbau dan berwarna berubah menjadi cairan putih keruh tanpa bau amis atau busuk, melainkan seperti manis yang menusuk. 3. Feses cairan yang memiliki tampilan seperti air cucian beras bila di endapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan yang berwarna putih. 13 4. Diare terjadi sampai berkali-kali dan dalam jumlah yang banyak dalam satu waktu. 5. Muntah setelah didahului diare yang terjadi, namun pada penderita tidak merasakan mual sebelumnya. 6. Terjadinya kejang di area perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang sangat hebat. 7. Banyaknya cairan yang keluar dapat membuat dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti detak jantung yang terasa cepat, mulut terasa kering, fisik lemah, mata cekung, dan lain-lain bila tidak segera dilakukan penanganan sebagai pengganti cairan dalam tubuh yang hilang maka dapat mengakibatkan kematian. Gejala kolera pada anak-anak lebih berat dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak yang terserang kolera rentan terkena hipoglikemia gula darah rendah, yang bisa menyebabkan kejang dan kesadaran mengalami penurunan. 14 BAB VI “PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN” A. Pencegahan Penyakit Kolera Cara pencegahan dan untuk memutuskan tali penularan penyakit adalah dengan melakukan sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran feses pada tempat yang memenuhi standar lingkungan. Setelah sanitasi lingkungan, selanjutnya ada meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran yang dimakan mentah seperti lalapan, hindari makanan seperti ikan dan kerang yang masih setengah matang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memutus mata rantai penularan penyakit tersebut, yaitu  Tidak membeli makanan yang kebersihannya tidak terjamin  Gunakan air yang sudah terjamin kualitasnya untuk memasak  Tidak mengkonsumsi susu segar yang belum diolah  Minum yang telah dimasak hingga mendidih atau minum air mineral dalam kemasan  Mencuci bersih buah dan sayur sebelum dimakan Imunisasi dengan vaksin komersil standar yaitu vaksin cholera sec yang mengandung 10 milyar vibrio mati per mL, memberikan proteksi 60-80% untuk masa 3 – 6 bulan. Vaksin tidak berpengaruh pada karier dalam pencegahan 15 penularan sehingga vaksinasi kolera tidak lagi menjadi persyaratan sertifikat kesehatan internasional. Imunisasi dengan toksoid pada manusia tidak memberikan perlindungan yang berarti dalam mencegah kolera. B. Pengobatan Penyakit Kolera Penanganan utama untuk penderita kolera adalah dengan mencegah dehidrasi. Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikroblal seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan cara memasukkan selang dari hidung ke lambung sonde. Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolong berat tidak dapat diatasi meninggal dunia, sedangkan jumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia. 16 DAFTAR PUSTAKA Connor, B., et al. 2019. Cholera in Travellers A Systematic Review. Journal of Travel Medicine. 26 8, pp. 1 – 8. Dr. Pittara. 2022. Kolera. Online [diakses 1 Desember 2022 Davies HG, Browman C, Luby SP. 2017. Cholerae – Management and Prevention. Journal of Infection. 74 1 66 – 73. Handa S. 2018. Cholera Medscape. Online [diakses 1 Desember 2022] Irianto, Koes. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung Mood BS, Metanat M. Diagnosis, Clinical Management and Prevention, and Control of Cholera A Review Study. International Journal of Infection. 1 1 e18303. Medkes, 2014. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera. Online [diakses 1 Desember 2022]. R Fauziah, 2015. Epidemiologi Penyakit Menular-Kolera. Online [diakses 1 Dessember 2022] ResearchGate has not been able to resolve any citations for this to cholera is a risk for individuals and groups traveling to endemic areas, and the bacteria can be imported to cholera-free countries by returning travellers. This systematic review of the literature describes the circumstances in which cholera infection can occur in travellers and considers the possible value of the cholera vaccine for prevention in travellers. PubMed and EMBASE were searched for case reports of cholera or diarrhoea among travellers, with date limits of 1 Jan 1990 to 30 April 2018. Search results were screened to exclude the following articles diarrhoea not caused by cholera, cholera in animals, intentional cholera infection in humans, non-English articles, and publications on epidemics that did not report clinical details of individual cases and publications of cases pre-dating 1990. Articles were reviewed through descriptive analytic methods and information summarized. We identified 156 cases of cholera imported as a consequence of travel, and these were reviewed for type of traveller, source country, serogroup of cholera, treatment and outcomes. The case reports retrieved in the search did not report consistent levels of detail, making it difficult to synthesize data across reports and draw firm conclusions from the data. This clinical review sheds light on the paucity of actionable published data regarding the risk of cholera in travellers and identifies a number of gaps that should drive additional effort. Further information is needed to better inform evidence-based disease prevention strategies, including vaccination for travellers visiting areas of cholera-risk. Modifications to current vaccination recommendations to include or exclude current or additional traveller populations may be considered as additional risk data become available. The protocol for this systematic review is registered with PROSPERO registration number 122797.Cholerae -Management and PreventionH G DaviesC BrowmanS P LubyDavies HG, Browman C, Luby SP. 2017. Cholerae -Management and Prevention. Journal of Infection. 74 1 66 Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung Mood BS, Metanat M. Diagnosis, Clinical Management and Prevention, and Control of Cholera A Review StudyKoes IriantoIrianto, Koes. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung Mood BS, Metanat M. Diagnosis, Clinical Management and Prevention, and Control of Cholera A Review Study. International Journal of Infection. 1 1 Penyakit Menular-KoleraR FauziahR Fauziah, 2015. Epidemiologi Penyakit Menular-Kolera. Online [diakses 1 Dessember 2022]

penyakit perut seperti kolera